Monday 22 March 2010

Peringati Hari Air dengan Mawar



Selasa, 23 Maret 2010 , 02:42:00
PEDULI - Paramitha Rusady dan sejumlah aktivis melakukan aksi peringatan Hari Air Sedunia 2010 di Bundaran HI Jakarta, Senin (22/3). Foto: Raka Denny/Jawa Pos.
JAKARTA - Sejak melahirkan putra semata wayangnya, Adrian Tegar Maharaja Bago, pada 14 Mei 2007, wajah artis Paramitha Rusady jarang terlihat di layar kaca. Perempuan berusia 43 tahun itu memang membatasi aktivitas syuting, baik sinetron maupun film. Dia ingin mencurahkan lebih banyak waktunya untuk buah kasihnya dengan Nenad Bago tersebut.

Selain itu, Mitha - begitu dia biasa disapa - banyak membagi perhatiannya pada hal-hal yang berbau lingkungan. Apalagi, oleh Kementerian Lingkungan Hidup (LH), pemain film Catatan Si Boy IV & V itu didapuk sebagai Duta Lingkungan Indonesia.

Senin (22/3) kemarin misalnya, Mitha pun turut memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret. Bersama kakaknya, Ully Sigar Rusady, serta Putri Indonesia Lingkungan Hidup 2009 Zukhriatul Hafiza, mereka menjalani aksi damai di Bundaran Hotel Indonesia (HI). Aksi yang dimulai pada pukul 11.00 WIB itu diisi orasi dan pembagian bunga mawar kepada para pengguna jalan.

"Bunga mawar ini ada artinya, lho. Bunga itu simbol keindahan dan kesuburan. Kesuburan tidak bisa terjadi kalau tidak ada air. Jadi, bunga ini mengajak penerimanya untuk mencintai air," kata Mitha.

Air adalah sumber kehidupan. Sebagai pengguna, lanjut Mitha, manusia harus bisa bijaksana. Mantan istri pesinetron Gunawan itu juga mengatakan bahwa tak hanya Indonesia yang merayakan Hari Air. Tapi, seluruh dunia. "Kami pilih aksi secara damai, karena percuma juga kita mau demo yang liar. Pesannya tidak akan sampai ke masyarakat, akhirnya malah nanti mengganggu aktivitas lain. Pakai cara yang damai saja," lanjut Mitha.

Sementara, Zukhriatul Hafiza berpendapat bahwa setiap orang perlu aktif mensosialisasikan pentingnya menggunakan air dengan bijak kepada masyarakat luas. Berdasar pengalamannya, air bersih belum bisa dinikmati oleh masyarakat secara merata.

"Contohnya di Jakarta deh yang gampang. Di antara sekian banyak penduduk di sini, baru 40 persen yang kualitas airnya sehat. Yang lain masih kesusahan, bahkan harus beli. Malah di sepanjang Sungai Ciliwung, penduduk harus memakai air sungai. Padahal, di sungai itu banyak sampah," papar Zukhriatul pula. (andis '2010)

No comments:

Post a Comment